Jumat, 18 November 2011

Ansoduo, Eksotis Berbalut Mistis

PULAU ANSODUO merupakan satu dari enam gugusan pulau yang ada di pesisir barat Kota Pariaman. Pulau nan indah ini terletak sekitar 2 mil laut dari tepi pantai. Untuk menjangkaunya hanya dibutuhkan waktu sekitar 15 menit perjalanan menggunakan jasa boat atau kapal nelayan.

Pulau Ansoduo cocok untuk lokasi rekreasi keluarga atau sekedar untuk menenangkan diri, melepas penat dari sibuk rutinitas kerja. Berbagai aktivitas bisa dilakukan di kawasan ini, memancing, snockling (menyelam di permukaan, red) atau sekedar bermain di putih pasir dan riak ombak sambil menikmati lalulalang perahu nelayan.

Pulau Ansoduo sendiri memiliki luas sekitar 5 hektare lebih. Di dalamnya tumbuh aneka tumbuhan khas perairan, nyiur, manggrove, pohon pelindung dan aneka tumbuhan semak belukar. Pemandangan pulau ini sangat indah. Disamping kiri, kanan dan belakang berjejer pulau-pulau lain seperti, Pulau Kasiak, Pulau Tangah, Pulau Ujuang, Pulau Gosong dan Pulau Pandan atau Pulau Bando.

Pulau Ansoduo memiliki khasanah legenda sejarah yang cukup panjang. Konon dari ceritanya, pulau kecil ini sudah dimanfaatkan sejak zaman peradaban Islam tempo dulu. Itu dibuktikan dengan adanya beberapa kuburan tua dan masih adanya kelompok masyarakat yang melakukan ziarah ke Pulau Ansoduo. Dari legenda itu pula, tak heran kalau keindahan dan eksotisme pulau sedikit dibalut nuansa religi.

Berkunjung ke pulau nan indah ini, kali pertama menapakan kaki, anda akan dibawa merasakan suasana damai, hening, senyap dan jauh dari kebisingan serta deru derab suasana perkotaan. Semakin jauh ke jantung pulau, keheningan kian terasa seiring nyaringnya suara jengkrik dan nuansa pulau yang berbaur dengan sedikit nuansa mistis.

Kenapa dikatakan mistis, karena persis di tengah pulau terdapat beberapa bekas bangunan usang dan areal pemakaman yang salah satunya adalah situs sejarah 'Kuburan Panjang'. Kuburan Panjang memiliki panjang mencapai 6 meter. Kuburan ditutupi kain putih dengan dua batu nisan berukuran besar.

Hingga kini tak ada cerita pasti tentang situs 'Kuburan Panjang'. Dari cerita yang berkembang di masyarakat, 'Kuburan Panjang' adalah makam salah seorang guru dari ulama besar Syeck Burhanuddin Ulakan, Padang Pariaman. Versi lain mengatakan, kalau 'Kuburan Panjang' adala hmakam M. Natsir, salah seorang pengikut setia Syeck Burhanuddin.



Kuburan ini terawat baik. Situs 'Kuburan Panjang' ramai dikunjungi masyarakat untuk melakukan ziarah dan ritual keagamaan. Biasanya peziarah ramai berkunjung pada bulan Juni dan Juli. Mereka tak hanya datang dari sejumlah daerah di Padang Pariaman, seperti dari Padang Sago, Kampuang Dalam, Sungai Sariak dan Patamuan, tapi juga ada peziarah yang datang dari Riau, Medan, Jambi, Banten dan sejumlah daerah lainnya.
 ***

Seiring menggeliatnya pariwisata Kota Pariaman, pemerintah setempat kini mencoba mengambangkan potensi Pulau Ansoduo menjadi komoditi pariwisata unggulan. Berbagai sarana dan prasarana telah dan akan dibangun di kawasan ini. Pemerintah Kota Pariaman telah menetapkan konsep Pulau Ansoduo menjadi kawasan objek wisata keluarga dan religi.


Di Pulau Ansoduo, saat ini telah dibangun sejumlah fasilitas pendukung, seperti, dermaga permanen untuk bersandarnya kapal, dua unit rumah singgah yang kini masih dimanfaatkan untuk penginapan para nelayan, jalan setapak, fasilitas kamar mandi, toilet dan sumber air bersih. Saat ini juga sedang dikebut pembangunan fasilitas tempat ibadah Surau Tuanku Katik Sangko dan perbaikan situs sejarah 'Kuburan Panjang'.

  

                                                                    
Tak hanya untuk berwisata keluarga, bagi peminat olahraga pancing, kawasan gugusan pulau juga sangat cocok untuk area pemancingan. Dibalik pulau Ansoduo ada Pulau Pandan, orang Pariaman menyebutnya Pulau Bando. Karang di perairan antara Pulau Ansoduo dan Pulau Bando adalah spot (tempat, red) memacing yang sangat potensial. Berbagai jenis ikan besar dan kecil ada di spot pancing ini. 
                                                                                          

Sayangnya, akses kapal transportasi untuk menjangkau Pulau Ansoduo masih sangat terbatas. Untuk menikmati indahnya kawasan Pulau Ansoduo, pengunjung terpaksa harus menyewa kapal-kapal kecil milik nelayan. Penyediaan kapal khusus oleh Pemerintah Kota Pariaman untuk sarana transportasi ke objek wisata Pulau Ansoduo hingga kini baru sebatas wacana. Anda penasaran dengan eksotisnya kawasan Pulau Ansoduo, tak ada salahnya anda menyisihkan waktu menikmatinya. (***)  



DABUIH PIAMAN

Kesenian Debus (Atraksi kekebalan tubuh dari senjata tajam) tidak hanya eksis di Provinsi Banten. Debus juga eksis di Padangpariaman, Provinsi Sumatera Barat. Kesenian Debus di daerah ini biasa dikenal dengan nama 'Dabuih Piaman'. 

Menurut sejarah, 'Dabuih' merupakan warisan dari para pengikut Nabi Ibrahim AS. Dabuih merupakan permainan/atraksi religius yang digunakan para pengikut ajaran agama Islam tertentu dalam rangka menjalankan misi syi'ar ajaran di tengah-tengah masyarakat.

Senjata tajam yang biasa dipakai dalam atraksi Dabuih

Kesenian yang mengandalkan kekebalan tubuh ini dibawa ke nusantara oleh paa ulama dari kawasan Asia Barat.

Kesenian 'Dabuih' berkembang seiring penyebaran agama Islam di pesisir barat pulau Sumatera dan Jawa. Kesenian 'Dabuih' masuk melalui Aceh, Minangkabau (Sumatera Barat) dan Banten, Jawa Barat.

                                   
Ritual minta izin kepada sesepuh sebelum melakukan atraksi
 
Dalam bahasa Arab, 'Dabuih' (Debus) berarti senjata tajam yang terbuat dari besi, berujung runcing dan berbentuk sedikit bundar. 

Dabuih inilah yang dipakai para pemain untuk melukai badan saat atraksi. Dabuih yang dipakai, biasanya tak bisa menembus badan pemain walaupun Debus itu dipukulkan ke badan berkali-kali. 


Ritual bakar kemenyan sebelum melaksanakan atraksi

Aneka atraksi menonjolkan kekebalan badan terdapat dalam pertunjukan kesenian 'Dabuih'. Antara lain, menusuk perut dengan benda tajam atau tombak, mengiris tubuh dengan golok tanpa luka, tidur dan makan bara api, memasukkan jarum yang panjang ke lidah, kulit, pipi sampai tembus dan tak terluka. Hingga melilitkan rantai besi panas serta atraksi ektrem lainnya. (*)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Galeri Foto Pertunjukan Dabuih Piaman











                                                                                                                                Foto dan Narasi 
                                                                                                                                          by : 
                                                                                                                                Tomi Dt. Tanbijo